Senin, 13 Juli 2009

TUGAsS KOMPRAK

CARA-CARA ASYIK MENULIS NOVEL

‘ALA PAUL’

Diajukan untuk memenuhi tugas

· Mata Kuliah : KOMPRAK IV

· Dosen : Drs. Hadi Purnama


DISUSUN OLEH:

Paulina S A

NIM : 02.C.070811


CARA-CARA ASYIK MENULIS NOVEL

‘ALA PAUL’

Sebagian diantara kita ada yang menyukai menulis, dan sebagian lagi diantara kita ada yang tidak menyukai menulis. Apakah arti menulis? Tentunya masing-masing dari kita mempunyai pengertian tersendiri dalam mengartikan menulis. Bagi saya pribadi, menulis adalah mencurahkan seluruh isi pikiran, gagasan, ide yang kita miliki menjadi sebuah kata-kata dan kita tuang ke dalam sebuah tulisan agar dapat di baca oleh khalayak atau orang banyak. Dan menulis adalah kehidupanku. Sebuah pepatah yang pernah kita dengar bahwa, ‘Menulislah jika kau ingin menulis’. Tentunya bila kita memaksakan diri kita untuk menulis, tentu hasilnya nanti tidak akan baik. Dan bila kita menulis dengan didasari niat dan kemauan terlebih dahulu, maka kita akan menulis seperti air yang terus mengalir. Yah, kita akan terys menulis dengan lancar, dan ide-ide pun akan banyak bermunculan. Dan itu bisa terjadi bila diawali dengan niat serta motivasi.

Berbicara mengenai motivasi, tentu kita harus memikirkan apa motivasi kita dalam menulis. Apakah karena kita ingin menjadi penulis novel, penulis cerpen, artikel, dll. Kita harus mempunyai motivasi, yang agar dapat menyemangati kita dalam menulis. Walaupun menulis hanya sekedar hobi, namun kita sebaiknya memikirkan untuk apa kita menulis? Apa yang akan kita lakukan dengan tulisan kita? Apakah kita hanya akan menumpuk semua tulisan kita di lemari ata di gudang? Tentunya bila kita mengerjakan sesuatu berarti kita harus mempunyai tujuan tertentu dari apa yang kita lakukan. Salah satunya motivasi menulis adalah menjadi penulis novel. Kita harus membuat sebuah karya tulis yang luar biasa dan berbeda dari yang lainnya. Anda lihat sekarang, begitu banyak buku-buku novel yang berada di toko buku, dan begitu banyak pula penulis-penulis profersional yang ada di dunia ini. Dan kita adalah salah satu daru jutaan umat yang ingin buku novelnya diterbitkan. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menulis novel dengan baik dan asyik saat menulisnya. Saya punya beberapa tips untuk Anda, dalam menulis novel.

Ø Tips-tips menulis novel ‘ALA PAUL’

1) Membuat tema. Tentunya tema sangat penting dalam membuat sebuah cerita. Dan tema, adalah acuan kita dalam membuat cerita.

2) Membuat alur cerita. Setelah membuat tema, kita perlu membuat alur cerita. Dan biasanya setelah membuat alur cerita, akan menghasilkan judul cerita.

3) Membuat judul cerita

4) Tentukan setting cerita

5) Membuat tokoh-tokoh yang akan Anda ciptakan dalam novel Anda. Tentukanlah tokoh-tokoh utamanya saja dulu, sisanya bisa menyusul. Dengan begitu akan memanbah semangat dalam menulis.

Tentunya selain bakat yang mendukung dalam menulis novel, kemauan-lah yang menjadi nomor satu yang harus kita miliki. Bila kita mempunyai bakat tapi tidak mempunyai kemauan untuk menulis, tentu tidak akan dapat menghasilkan karya tulis yang baik.

Lalu bagaimana membuat para pembaca agar tertarik dengan tulisan kita atau novel kita. Tentang itu, saya mempunyai beberapa tips untuk menarik para pembaca.

· Tips-tips membuat tulisan yang menarik

1) Buatlah sebuah tulisan yang menyangkut fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan yang sedang naik daun atau sedang disukai banyak orang. Tentunya tema yang dipilih, harus menarik banyak orang.

2) Jangan membuat judul yang sulit dicerna oleh pembaca. Namun buatlah judul yang berbeda dari yang lain tetapi tidak sulit untuk dicerna dan dipahami oleh pembaca.

3) Gaya penulisan tidak teoritis. Ciptakan gaya penulisan yang santai, mudah dipahami, tidak berbelit-belit, dan sebisa mungkin ciptakan gaya penulisan yang bersahabat dengan pembaca (maksudnya gaya tulisan yang tidak kaku)

4) Bila memungkinkan, tambahi dengan gambar-gambar animasi yang lucu-lucu atau yang sesuai dengan cerita atau tulisan yang kita buat. Dan simpan gambar-gambar animasi tersebut disela-sela halaman tulisan kita. Setidaknya agar kita tidak jenuh dalam membaca.

5) Tentunya dalam mebuat tulisan, jangan terlalu banyak menggunakan kata-kata asing, atau kata-kata yang jarang dipergunakan banyak orang.

Dalam membuat tulisan, kita pun pasti menemukan kendala-kendala. Salah satunya malas, dan jenuh dalam menulis. Tapi jangan takut, saya mempunyai beberapa tips dalam mengatasi kejenuhan disaat menulis.

· Tips-tips mengatasi kejenuhan disaat menulis

1) Sediakan snack dan minuman yang disukai. Agar lancar dan terasa nikmat dalam menulis, kita pun perlu menyediakan makanan atau snack dan kalau bisa makanan dan minuman yang bagus untuk otak. Kopi, teh manis, misalnya, kopi atau teh pun dapat menemani kita disaat menulis, dan membuat tubuh kita rileks disaat menulis.

2) Mendengarkan atau menonton berita di TV atau radio. Cara kedua mengatasi kejenuhan dalam menulis adalah mendengarkan atau menonton berita sejenak di TV atau radio, kurang lebih lima menit. Karena dengan menyimak berita, setidaknya kita akan mendapatkan nilai plus yaitu, menambah ide. Baguskan, bila ide kita bertambah.

3) Diselangi dengan membaca buku. Cara yang ke tiga, bila kita merasa mulai jenuh dalam menulis, kira selingi dengan membaca buku. Tentunya dengan membaca buku, kita akan mendapatkan banyak ide. Lebih banyak ide, lebih mudah untuk menulis.

4) Mendengarkan musik sejenak. Apabila kepala kita merasa berat dan jenuh, kita selingi dulu dengan musik yang santai akan tetapi jangan terlalu sendu, karena akan membuat kita mengantuk. Dan jangan mendengarkan musik rock, karena akan membuat kepala kita semakin berat dan pikiran menjadi rumit.

Tentunya disaat kita menghadapi kejenuhan dalam menulis dan kita melakukan seperti tips-tips yang diatas tadi, kita harus menyimpan semua ide-ide yang sudah kita dapatkan, ke dalam catatan kecil agar kita tidak lupa.

Oke selamat menulis. Dan buatlah tulisan yang bermanfaat, menghibur dan dapat menginspirasi [ara pembaca. Dan tentunya selalu ‘HAPPY’ dalam mebuat karya tulisan apa pun.

BIODATA PENULIS

· Nama : Paulina Saktiani Adriana K

· Alamat : Jl. Pelesiran no. 34/58 B

· TTL : Bandung 01 Oktober 1989

· Hobi : Menulis, membaca, makan coklat sama ice cream, luluran

· Makanan Favorit: Coklat, ice cream, buah-buahan

· Minuman Favorit: Air mineral, kopi, juice

· Tempat Favorit: My bedroom

· Cita-cita : Penulis Handal dan profesional

· Warna Fav. : Warna-warna pelangi

· Motto Hidup : BERSEMANGATLAH !!!!!!!!!!!!!

· Pesan & kesan: ONE FOR ALL, ALL FOR ONE !


Selasa, 28 April 2009

PEMAPARAN TOKOH CERITA BIARA

1. Biara. Adalah seorang cewek berumur dua belas tahun yang terkenal pendiam, tidak pernah berbicara dengan teman-temannya di sekolah maupun dengan guru-gurunya. Ia adalah seorang anak yang misterius dan berbeda dari anak-anak yang lainnya. Ia selalu menunduk bila berjalan atau diajak berbicara dengan temannya. Ia tidak pernah menunjukkan ekspresinya dikala ia sedang marah sedih atau ekspresi yang lainnya. Hobinya adalah duduk diatas atap rumahnya dan menggambar orang-orang yang aneh dan menyeramkan.

2. Peter. Adalah seorang teman kecil Biara, yang sangat mengagumi Biara. Ia mempunyai perasaan khusus terhadap Biara, yaitu ia sangat menyayangi dan mencintai Biara. Dan menerima Biara apa adanya.

3. Judy. Teman baik Biara dikelasnya. Ia sangat kasihan terhadap Biara yang dijauhi oleh teman-teman disekolahnya. Judy adalah cewek yang penyayang, selalu memperhatikan dan membantu Biara.

4. Bianca. Kakak sulung Biara yang sangat membenci Biara. Ia menganggap bahwa Biara itu anak yang mempunyai kelainan jiwa, karena tidak pernah mau berbicara dengan siapa pun termasuk dengan dirinya sendiri.

5. Burby (dibaca: Barby). Adalah adik laki-laki Biara yang juga sangat membenci Biara.

6. Tarky dan Rita. Mereka adalah orang tua Biara yang tidak pernah menyayangi Biara dan memperhatikan anaknya itu. Mereka juga memanggap Biara sebagai anak yang cacat dan mempunyai kelainan.

7. Anne. Salah satu teman sekelas Biara yang sangat culun namun baik hati ini juga sering diledek oleh teman-temannya.

8. Claire, Pensy dan Becky. Mereka bertiga adalah teman sekelas Biara yang senang menjahili Biara yang tidak pernah bicara, apalagi melawan mereka.

9. Bul-bul dan Bil-bil. Mereka berdua mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang jurnalis yang terkenal. Mereka mencoba mendirikan komunitas jurnalis di sekolah, walaupun ridak ada peminatnya satu pun. Mereka dipanggil ‘Si Kribo B’, karena rambut mereka yang kribo dan juga nama mereka yang diawali dengan huruf B. Mereka adalah salah satu teman Biara yang dekat dengannya di sekolah.

Created By: Paulina S A

SINOPSIS CERITA

JUDUL : BIARA

Biara berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Didikan orang tua yang keras, telah membuat Biara menjadi seorang anak yang berbeda dari anak-anak lainnya. Biara mempunyai salah satu kekurangan. Ia tidak pernah mau bicara dengan orang lain, terkecuali dengan orang yang sangat dipercayainya. Menggambar, adalah salah satu hobinya selain berdiam diri diatas atap rumahnya. Namun obyek yang digambar Biara selalu berasal dari imajinasinya. Biara senang menggambar manusia-manusia aneh dan menyeramkan hasil ciptaannya sendiri. Namun kemudian, sesuatu yang menyeramkan telah terjadi. Salah satu gambar milik Biara telah merasuki jiwa Biara. Ada makhluk ghaib yang telah mendiami salah gambar milik Biara yang diberi nama Mr. Silent. Dan makhluk ghaib itu, perlahan-lahan menguasai raga Biara. Makhluk ghaib itu menguasai tubuh Biara saat tiba pukul sebelas malam. Dan dari pukul sebelas malam hingga pukul dua pagi, Biara yang telah dirasuki makhluk ghaib yang telah mendiami gambarnya tersebut, menghabisi waktunya dengan membunuh. Hingga akhirnya Biara yang berada dibawah naungan makhluk ghaib tersebut pun, membunuh semua anggota keluarganya satu persatu. Dan mengakhiri hidup adiknya yang paling kecil dengan membakarnya hidup-hidup beserta dengan dirinya sendiri.


Created By: Paulina S A

Minggu, 26 April 2009

BIARA

1
Biara adalah anak yang pendiam, tertutup, tidak mudah bergaul dan terkenal culun di sekolah maupun dilingkungan rumahnya. Didikan orang tuanya yang keras kerap membuat ia menjadi anak tidak percaya diri dan menjadi anak yang sangat pemalu. Sejak berumur empat tahun hingga sekarang ia berumur dua belas tahun, ia selalu berdiam diri di atas atap rumahnya apabila ia mengalami sebuah masalah. Orang tuanya angkat tangan dalam menghadapi anak perempuannya yang satu ini yang mempunyai sifat yang aneh sejak kecil. Biara sering menghabiskan waktunya pada malam hari dengan duduk berdiam diri atau melamun di atas atap rumahnya. Ibunya berpikir bahwa anak perempuannya ini memiliki penyakit yang aneh. Disekolah pun terkadang Biara suka melamun disaat guru sedang menjelaskan pelajaran, sehingga ia terbilang anak yang lemot dan bodoh menurut teman-temannya. Selain itu juga Biara suka disebut-sebut anak cacat oleh teman-temannya.

“Anak-anak, sekarang kalianbuat kelompok masing-masing minimal satu kelompok empat orang.”Tegas guru kimia

Semua murid dikelas pun sibuk memilah milih teman sekelompok mereka. Dan tinggalah Biara seorang diri. Tak ada satu kelompok pun yang mau menerimanya menjadi anggota mereka. Mereka tidak mau satu kelompok dengan anak yang pendiam dan sulit bersosialisasi seperti Biara, karena mereka tidak mau kehadiran Biara merusak atau memperlambat pekerjaan kelompok mereka. Biara hanya berdiam diri di tempat duduknya tanpa berkata apa pun atau melakukan sesuatum karena ia tahu tidak ada satu kelompok pun yang mau menerima kehadirannya. Lalu beberapa menit kemudian, Bu guru meminta murid-muridnya untuk mengumpulkan daftar nama anggota kelompok mereka. Lalu setelah itu, Bu guru pun mengecek daftar nama anggota murid-muridnya yang ditulis diselembar kertas. Dan ternyata ada satu nama yang tidak ada dalam semua daftar nama anggota kelompok mereka.

“Biara, kamu kelompok siapa?” Tanya Bu guru. Biara hanya menggelengkan kepalanya lalu menunduk.

“Ya sudah, kalau begitu Ibu masukkan kamu kedalam kelompok satu saja ya. Oke anak-anak, selamat mengerjakan soal-soal yang telah Ibu berikan.”

Anak-anak kelompok satu pun berseru. Mereka harus dengan terpaksa menerima Biara menjadi salah satu anggota kelompok mereka. Biara pun segera bergabung dengan teman-teman sekelompoknya. Tapi seperti biasa, ia selalu diacuhkan dan dianggap tidak ada. Bukan Biara namanya ia memberontak. Ia hanya diam membisu dan tidak memberontak atas sikap teman-teman sekelasnya yang selalu mengacuhkannya dan menghinanya. Biara dikenal teman-temannya sebagai anak tanpa ekspresi. Biara seorang anak tidak terlalu banyak bicara. Ia segera mengerjakan soal-soal yang telah diberikan Ibu guru. Lalu setelah mengerjakannya, ia segera memberikan jawabannya pada teman sekelompoknya. Diterima atau tidaknya jawabannya oleh teman sekelompoknya, bagi Biara itu tidak masalah yang penting ia telah ikut mengerjakan tugas kelompoknya.

Di sekolah, Biara hampir tidak mempunyai teman. Ia jarang sekali berbicara atau berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya mau pun diluar kelas. Entahlah mengapa Biara sangat tertutup sekali. Tapi memang begitulah sifatnya. Tak ada satu pun teman-teman sekolahnya yang melihat Biara tersenyum, marah, atau pun menangis.

“Bia!” Panggil Peter saat pulang sekolah. “Kita pulang sama-sama ya?” Ajak Peter. Peter adalah teman Biara dari kecil dan ia tahu sekali mengenai sifat Biara, dan ia sangat mengerti akan kepribadian teman perempuannya itu. Peter sangat menyayangi Biara dan diam-diam ia sejak kecil telah menaruh perasaan suka pada Biara. Tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya itu.

“Bia, bagaimana kabarmu hari ini?” Tanya Peter basa-basi

“Baik.”Jawab Biara dingin, seperti biasanya

Sambil berjalan kaki, sim-diam Peter mengamati topi Biara yang sudak sobek-sobek dan terlihat usang. Ia tahu bahwa sejak kecil Biara senang sekali memakai topi berbentuk topi baseball. Warna-warna gelap adalah warna favoritnya. Dan Peter juga tahu bahwa Biara senang dan hobi memakai jaket katun hitamnya yang sudah usang pula. Biara berasal dari keluarga yang hidupnya sangat pas-pasan, jadi ia tidak pernah punya kesempatan untuk membeli topi dan jaket yang baru.

“Topimu sudah sobek-sobek, tidak enak dipandang. Begitu pun dengan jaketmu yang kumal.”

“Kalau begitu jangan pandangi aku atau menatapku.” Jawab Biara dengan membelalakkan matanya.

“Ye...marah.” Ledek Peter. “Bi, aku ingin mengajakmu jalan-jalan, boleh tidak?” Tanya Peter dengan gugup.

“Maaf, aku tidak bisa.”

“Sekali saja....” Pinta Peter memohon

“aku tidak ada waktu. Aku harus membantu ayahku berjualan roti.”Jawab Biara datar, lalu ia pun segera mempercepat langkahnya.

“Bi, tunggu!” Teriak Peter, namun Biara tidak memperdulikannya.


Sesampainya dirumah. Biara disambut dengan teriakan amarah ibunya. Tidak kemarin atau hari ini sama saja. Orang tuanya terus bertengkar mempermasalahkan masalah keuangan mereka yang tak pernah ada penyelesaian. Sambil menggendong adik Biara yang paling kecil, ibunya dengan kata-kata kasar bertengkar dengan suaminya. Saat Biara berjalan melewati mereka yang berada diruang tamu, ibunya berteriak memanggil Biara

“Biara!”teriaknya. “Biara anak dungu!” Teriaknya lagi. Biara pun segera menghentikan langkahnya dan berbalik lalu menatap wajah ibunya yang sedang dilanda amarah. “Cepat bantu ayahmu jualan roti, dan jangan pulang sebelum kau mendapatkan uang. Dan aku tidak akan memberimu makan hari ini sebelum kau mendapatkan uang yang cukup banyak, mengerti kau dungu!”Teriaknya dengan mata melotot seperti burung hantu, lalu pergi meningalkan ruang tamu.

Selesai menyimpan tasnya, ia segera pergi kerumah tetangganya yang membuka usaha pabrik roti, lalu segera mengambil beberapa buah roti untuk dijualnya dipinggiran jalan atau lampu merah. Sedangkan ayahnya yang juga ikut bekerja disana, menjual roti-roti dengan cara berkeliling ke kompleks-kompleks perumahan dengan memakai motor yang telah disediakan oleh pabrik tersebut. Penghasilan yang didapat mereka sangat pas-pasan. Apalagi bila ayahnya bekerja sendirian tentulah sangat sedikit penghasilan yang didapatnya, maka dari itu ia menyuruh Biara untuk membantunya bekerja.

Sudah terbiasa bagi Biara berdiri dipinggiran jalan atau di lampu merah dengan dibawah panasnya terik matahari tanpa mengisi perutnya sedikit pun. Ia telah melakukan pekerjaan tersebut sejak ia berada dikelas tiga sekolah dasar. Dengan penuh kesabaran ia menawarkan roti-roti yang dibawanya dengan menggunakan kantong plastik putih besar, pada mobil-mobil mewah. Dan hanya topi satu-satunya yang ia miliki yang selalu dipakainya untuk melindunginya dari panasnya sinar matahari. Biara tidak pernah mengeluh dengan didikan orang tuanya yang keras, yang telah memaksanya untuk terus bekerja mencari uang. Ia menghadapi segala permasalahannya tanpa keluh kesah sedikit pun, dan ia tidak pernah menunjukkan ekspresi sedih atau lelahnya ia bekerja, Sebisa mungkin, ia harus tampil prima saat pulang ke rumah nanti.

Pukul tujuh malam, Biara pun pulang dari bekerja. Untunglah hari ini penjualanannya sangat baik. Ia terlihat dekil dan kusut. Ia pun segera memberikan uang hasil kerjanya pada ibunya.

“Bagus,bagus. Mulai hari ini kau harus bekerja sangat keras. Jatah makanmu satu piring hari ini. Cukup tak cukup kau harus terima.” Ucap Ibunya sambil menhitung-hitung uang hasil kerja anaknya.

Sementara ayah Biara sudah lebih dulu berada dirumah dan sudah menyantap makanan yang telah disediakan istrinya. Di meja ada sepiring nasi beserta dua buah tahu kuning dan sambal. Biara pun segera meraih piring itu dan segera menyantap makanannya. Belum saja lima suap ia menikmati makanannya itu, adik laki-lakinya yang masih duduk dibangku empat sekolah dasar dengan sengaja merebut makanannya dengan kasar, lalu berlari meninggalkan Biara.

“Dasar dungu!”Teriak adiknya
Seperti biasa, Biara tidak marah atau pun sedih dengan kelakuan adiknya yang sangat tidak sopan terhadapnya. Orang-orang disekelilingnya tidak pernah tahu tentang perasaan Biara seperti apa, karena memang Biara tidak pernah menunjukkannya. Melihat kejadian itu, ayahnay hanya tertawa, menganggap hal itu sebagai lelucon. Sedangkan ibunya sibuk menghitung-hitung uang yang dipegangnya. Biara pun beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi ke kamarnya.

“Anak itu memang dungu.Mau dijahili bagaimana pun tetap saja diam. Mau dimarahi bagaimana pun dia tetap saja diam tidak melakukan apa-apa, dasar muka rata.” Ujar ayahnya lalu tertawa.

“Ada juga ya, anak tanpa ekspresi seperti dia? Benar-benar anak yang aneh.” Ucap ayahnya dengan menggelengkan kepala lau meneruskan makannya.

Biara segera pergi ke kamarnya dan duduk di tempat tidurnya yang kecil yang hanya cukup untuk dirinya seorang. Lalu ia membuka topinya dan menaruhnya disampingnya. Rambutnya yang hitam panjang pun terurai. Dan beberapa menit kemudian ia berjalan menuju lobi kamarnya dan memanjat sebuah tangga kayu yang tertempel pada dinding luar kamarnya. Biara terus memanjati tangga yang terpotong tipi-tipis itu sampai tiba di atas atap rumahnya, tepatnya di atas atap kamarnya sendiri. Ia memandangi orang-orang yang lalu lalang berjalan melintasi depan rumahnya. Biara hanya duduk santai dengan rambutnya yang berantakan tertiup angin. Inilah tempat favoritnya.

“Biara!” Terdengar teriakan ibunya. “Biara!” Teriaknya kembali. Namun Biara hanya tetap duduk terdiam tidak menyahut.

“Pasti cewek dungu itu lagi duduk di atas atap.” Ujar Bianca, kakak sulung Biara.

“Tapi....baguslah dia ada disana. Jadi aku tak malu membawa pacarku main kerumah. Mana ada sih, seorang kakak yang menginginkan adik yang dungu dan cacat seperti dia!” Ketusnya.

Suaranya terdengar dari dari lantai bawah walau pun tidak jelas. Bianca tipe cewek yang jauh berbeda dari adiknya, Biara. Ia pandai bergaul, berdandan dan cepat sekali mendapatkan pacar.
Tiba-tiba Burby,adik laki-laki Biara yang super nakal itu berlari keluar rumah dengan membawa senter lalu ia menyenteri Biara, yang terlihat samar-samar didalam kegelapan malam.

“Mah! Biara si burung hantu itu ada di atas atap, disangkarnya!” Teriaknya

“Burb, cepat masuk!”Perintah Ibunya

“Burung hantu yang dungu!”Teriak Burby meledek, lalu dengan tertawa ia berlari masuk kedalam rumahnya.

“Biarkan saja dia disana. Sejak kecil dia memang aneh, senang berada di atas atap rumah. Entah kenapa hobinya itu sangat aneh.” Ujar Ibunya

“Kenapa coba, dia itu bisa ada dirumah ini?!” tanya Bianca dengan ketus

“Ya....aku juga tidak tahu. Aku menyesal telah melahirkan anak seperti dia.” Jelas Rita, ibu mereka berdua.

Biara hanya duduk terdiam memandangi langit yang bertabur banyak bintang. Ia sangat menyukai suasana hening, sepi, dan malam hari adalah suasana favoritnya. Ia terkadang bisa sampai semalaman berada di atas atap rumahnya tanpa memikirkan angin malam yang datang menerpanya.





2

Keesokannya di sekolah. Usai pelajaran olahraga, Biara segera pergi keruang ganti pakaian yang berada disamping gedung olahraga. Setelah selesai berganti baju, Judy salah satu teman baiknya menghampirinya. Ia menghampiri Biara dengan membawa sebuah kado dengan sampul kadonya bermotif bentuk hati yang bersayap.

“Bi, ada sesuatu untukmu.” Ucap Judy dengan menghampiri, lalu menyodorkan kado yang berbentuk persegi panjang yang dibawanya. “Ayo, terimalah.”Desaknya. Biara memandangi kado itu sejenak , lalu mengambilnya.

“Kado itu untukmu. Sayangnya, orang yang memberikan kado itu tidak mau memberikannya langsung padamu. Karena ia tidak berani memberikannya langsung padamu.” Jelas Judy. “kau boleh langsung membukanya sekarang.” Lanjutnya.

Biara sejenak menatap temannya yang cantik dan baik hati itu. Judy mempunyai kulit putih yang pucat, hidung mancung, mata yang menjorok ke dalam, dan memiliki bola mata berwarna coklat serta bibirnya yang selalu berwarna pink tanpa lipstik. Biara lalu membuka sampul kadi itu perlahan-lahan. Lalu ia membuka kotak kado berwarna coklat itu dan ternyata, ia mendapati sebuah topi berwarna hitam. Topi itu terlihat keren, dan sangat cocok bila dipakai Biara.

“Topinya bagus sekali, pasti kau sangat cantik bila memakainya. Aku lihat topimu sudah sobek-sobek dan usang, jadi kau memang pantas mendapatkan topi yang baru.” Ucap Judy.

“Aku pergi duluan ya?” Judy pun segera pergi meninggalkan Biara sendiri. Biara mengkerutkan keningnya, berpikir siapakah yang telah memberinya topi baru.

“hai Biara anak autis” Sapa Claire. “wah, wah, wah, punya topi baru nih.” Menyepet Biara. Claire dengan dua orang sahabatnya berjalan menghampiri Biara. “sayangnya.... orang jelek seperti kamu tidak pantas menerima topi sebagus itu, benar tidak temaniteman?” tanyanya pada kedua temannya. Serempak kedua temannya pun menjawab iya.

Claire adalah cewek terfavorit di sekolah. Ia adalah seorang model dan ketua cheersleader. Ia mempunyai tubuh yang indah, tinggi semampai dan memiliki rambut hitam panjang lurus dan berkilau. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, bibirnya tipis, sungguh sangat menarik perhatian teman lawan jenisnya. Setelah Claire menoleh ke kanan-ke kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain selain mereka, dengan cepat ia merebut topi baru Biara lalu salah satu dari temannya mendorong Biara hingga terjatuh ke lantai.

“cup...cup...cup... Biara bodoh.” Ledek mereka bertiga. Lalu tertawa puas dan pergi meninggalkan Biara.

Perlahan-lahan Biara pun bangkit berdiri tanpa terlihat raut wajah yang sedih. Biara pun berjalan perlahan-lahan menuju kelasnya. Saat berada di koridor tiba-tiba Andy, teman sekelasnya yang terkenal playboy dengan sengaja menabrak Biara dari belakang.

“Hai apa kabar putri antah berantah? Hari ini kamu tampil sangat....”Andy terdian sejenak lalu tersenyum dan menepuk punggung Biara. Sedangkan Biara hanya menatap wajahnya yang tidak terlalu tampan, banyak jerawat-jerawat kecil yang memenuhi kedua pipinya yang kuning langsat. “Sangat....tentunya sangat jelek sekali.” Lanjutnya lalu tertawa dan berlari meninggalkan Biara.

Saat Biara masuk ke dalam kelas, dan melewati beberapa teman-temannya, mereka tertawa cekikikan.

“Biara berhenti sebentar!” teriak Claire. Claire pun berjalan mendekati Biara dan berhenti tepat dibelakangnya.

“Jual....jual...harga murah, tahan lama, anda akan puas sampai mati.” Ucap Claire dengan lantang membaca sebuah kertas yang tertempel pada punggung Biara. Alhasil semua teman-teman sekelasnya tertawa. Biara tidak tahu, bahwa Andylah yang melakukannya saat ia menepuk punggung Biara. Biara pun segera mencabut kertas itu dari punggungnya. Tidak sampai disana teman-temannya menjahilinya. Saat Biara akan duduk dikursinya, ia menemukan topi barunya telah rusak dengan banyak sobekan-sobekan yang dibuat secara paksa entah oleh siapa. Lalu Claire dan teman-teman sekelasnya menertawakan Biara, dan mengejeknya habis-habisan. Karena tidak tahan dengan ejekan teman-teman sekelasnya,ia pun berlari meninggalkan kelas.


Saat pulang sekolah, Peter berlarian mengejar Biara yang telah lebih dulu berjalan didepannya.

“Bi!” teriak Peter. “Hai...” Sapanya dengan nafas yang tersengal-sengal karena berlarian mengejar Biara. Entah apa yang terjadi dengan diri Peter, ia selalu merasa kikuk saat berhadapan dengan Biara. “Em...em..... ka... kamu kenapa tidak memakai topi?” Lalu ia terdiam sejenak. “Judy sudah memberimu sebuah kadokan?” tanyanya berusaha melihat wajah Biara yang menunduk. Mendengar pertanyaan itu, spontan Biara menghentikan langkahnya, memandang Peter dengan mengintipnya dari balik alis matanya yang tidak terlalu tebal. Sehingga seluruh wajahnya tidak terlihat,

“Bi....” panggil Peter dengan lembut

“Kau yang memberiku topi itu?” Tanyanya tanpa menrubah posisi

“A...i.... iya.” Jawabnya terbata-bata. “Ma...maafkan aku. Aku takut apabila aku kangsung memberikannya padamu, kamu tidak mau menerimanya. Maka dari itu, aku meminta tolong pada Judy untuk membrikannya padamu.” Jelas Peter yang menjadi salah tingkah. Angin yang berhembus kencang membuar rambut panjang Biara yang terurai menjadi berantakan.

“Kamu marah ya?” tanya Peter. “Aku minta maaf. Bi, aku tulus memberikan kadi itu padamu, hanya saja aku takut untuk memberikannya langsung padamu.” Jelas Peter dengan raut muka bersalah.

“Jangan dekati aku lagi.” Ucap Biara datar, lalu menundukkan kepalanya.

“Bi, apa kau tidak suka dengan topi pemberianku? Atau aku ssalah karena meminta bantuan orang lain untuk.....”

“Aku bilang, jangan dekati aku lagi!” Biara pun pergi meninggalkan Peter.
Peter terkejut. Pertama kali ia melihat Biara membentaknya. “Aakh.....sialan!” gerutu Peter.

“Dasar Peter pengecut, bodoh, tidak berotak!” gerutunya kembali. Ia merasa sangat kesal pada dirinya sendiri.


Saat Biara sampai dirumahnya, ia langsung membuka pintu rumahnya yang ternyata tidak dikunci. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh Bianca yang sedang bermesra-mesraan dengan kekasihnya di sofa ruang tamu. Spontan Bianca pun terkejut dengan kedatangan adiknya itu. Ia segera membenarkan t-shirtnya, begitu pun dengan kekasihnya segera mengambil kemejanya yang tergeletak dilantai dan segera memakainya dengan terburu. Pemandangan yang sangat tidak pantas dilihat oleh anak dobawah umur.

“Dasar anak dungu, bisu, tolol!” teriak Bianca. Ia lalu menghampiri adiknya yang sedang menatapnya pula. “Kamu tidak punya mulut ya?! Biasakan pulang sekolah itu, ketuk pintu rumah dulu atau mengucapkan salam, sapaan atau sejenisnya, seenaknya sembarangan masuk rumah!” marahnya. “Bikin aku malu saja. Kamu tahu, aku sangat menyesal sekali punya adik seperti kamu!” teriaknya. “Tidak minta maaf lagi” ketusnya, lalu mendorong tubuh Biara. Biara hanya terdiam, lalu menundukkan kepalanya. “Dasar anak kurang ajar, tak tahu sopan santun.” Sambungnya. Tanpa tunggu lama lagi, Bianca menampar pipi kanan Biara, tapi untungnya tidak meningalkan bekas. “Pergi kamu!”Bentaknya. Biara segera berlari menuju kamarnya.

Sejak kecil Biara memang jarang berbicara dengan keluarganya. Hanya beberapa orang saja yang ia ajak bicara. Ibunya menganggap bahwa ia seorang anak yang mempunyai kelainan pada dirinya atau tidak normal. Sedari kecial ia jarang berbicara dengan keluarganya, mau pun dengan teman-temannya. Tidak pernah tersenyum, menangis, marah dan perasaan yang lainnya. Orang tuanya memvonis Biara bahwa ia memang anak yang cacat, tanpa memeriksa lebih dulu kepada dokter. Uanglah yang menjadi kendala orang tua Biara untuk memeriksakannya pada dokter . Ibunya hanya bisa berkata, bahwa keanehan yang terjadi pada diri Biara dikarenakan sewaktu mengandung, ia terlalu banyak merokok. Yang dilakukan Biara hanya berdiam diri, dan menghabiskan waktunya dengan menggambar dan duduk diam diatas atap rumahnya.

Orang tuanya mengakui bahwa sejak berumur lima tahun, Biara sudah mempunyai bakat menggambar dan sifatnya berubah menjadi anak yang pendiam. Namun setelah ia bertambah besar, orang tuanya sering memarahinya saat ia menggambar. Karena obyek yang digambarnya sangat berbeda dari gambaran anak-anak yang lainnya. Biara selalu menggambar orang-orang yang menyeramkan yang berasal dari imajinasinya sendiri. Biara senang menggambar hantu, setan dan sebagainya. Bakat inilah yang justru meresahkan kedua orang tuanya, karena Biara dengan sifat anehnya dan hobi anehnya itu hanya menyusahkan keluarganya saja. Begitulah menurut kelurga mereka. Dan Biara hanya anak yang membuat malu keluarga dengan sikapnya yang jarang bicara.

Malam ini, ia menghabiskan waktunya dengan menggambar tokoh-tokoh imajinasinya di buku tulisnya. Karena ia enggan untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, maka ia hanya menggambar orang-orang menyeramkan dibelakang buku tulisnya.

Bersambung...............................

Selasa, 17 Maret 2009

CERPEN

EVILLUSION

Makan malam hari ini sungguh tidak menyenangkan. Mamahku tetap tidak mengijinkanku untuk membuat pesta ulang tahunku yang ke dua belas, yang tinggal beberapa hari lagi. Tapi ulang tahun Elisa yang ke tujuh belas yang jatuh pada minggu kemarin dirayakan besar-besaran dirumah. Weeeekk….sungguh menyebalkan. Mengundang sahabat-sahabat aku pun tidak diperbolehkan.Ya mamahku mempunyai alasan tertentu mengapa ia tidak memperbolehkanku membuat pesta ulang tahunku, karena pada dua tahun terakhir ini banyak sekali pemberitaan pembunuhan anak-anak yang masih dibawah umur yang terjadi dibeberapa negara. Kebanyakan korban pembunuhan itu anak-anak berumur tiga sampai empat tahun. Karena itulah mamahku tidak mengijinkanku merayakan pesta ulang tahunku. Ya…aku mencoba untuk bersabar dan menerimanya dengan ikhlas.

Keesokan harinya, seperti biasa saat aku pulang sekolah, laki-lakiyang paling menyebalkan dikomplek rumahku menghadangku bersama kedua temannya yang sama menyebalkannya. Tom-tom adalah anak anak yang menyebalkan yang senang sekali menggangguku, menjahiliku bahkan suka memalakku. Bila aku mencoba untuk melawannya, pasti ia dan teman-temannya akan menghajarku habis-habisan. Menurutku Tom-tom tidak lain seperti kecoa, gayanya saja yang keren abis tapi tampangnya seratus persen jelek. Badannya tinggi besar, kulitnya putih, rambutnya belah pinggir dan berponi kesamping, giginya tonggos dan dibawah matanya terdapat bintik-bintik hitam Yang menurutku itu karena ia hobby melihat majalah porno. Tom-tom dan kedua temannya lebih tua dariku, mereka berumur empat belas tahun tapi tingkahnya seperti anak bayi. Hari itu Tom-tom dan kedua temannya memukuliku dan menyiramku dengan jus alpukat karena kemarin aku dipergoki jalan-jalan berdua dengan Cathy teman sekelasku yang juga disukai oleh Tom-tom.
“Hai culun, awas ya…kalau kau masih dekat-dekat dengan Cathy akan ku makan kau!” Ancam Bim-bim. Bim-bim laki-laki bertubuh gendut dan tentu hobbinya makan.

Ya, aku memang laki-laki yang bertubuh kecil, kurus dan memakai kaca mata dan juga lemah. Tapi bukan berarti aku tidak punya harga diri.

“Hei Andrew, tiga hari lagi adalah hari ulang tahunku dan rencananya aku akan membuat pesta besar-besaran dirumah karena kebetulan orang tuaku sedang pergi keluar negeri. Jadi aku bias bebas bersengan-senang dengan teman-temanku dan juga tersayangku Cathy.”

“Iya, kita bias bersenang-senang.” Ucap Hilo ikut-ikutan. Ia bertubuh sangat kurus dan tinggi.
Aku sangat terkejut. Baru kali ini Tom-tom merayakan ulang tahunnya dan terlebih yang mengejutkan lagi adalah hari ulang tahunnya sama denganku. Aaaaakh…tidak! Ini tidak mungkin. Ternyata si kecoa Tom-tom itu lahir pada tanggal yang sama dengannku, menyebalkan!

“Aku sangat berbaik hati padamu. Kau boleh datang kepestaku, tapi tidak dengan pakaian culunmu itu. Nanti aku kukirim kartu undangannya.” Ucapnya dengan penuh kesombongan. Lalu iamendorongku sehingga ku terjatuh. Mereka pun tertawa dan pergi meninggalkanku. Dasar kesoa bau! Ketusku.

Saat sampai dirumah, aku langsung mandi , makan dan memutar kaset lagu-lagu kesukaanku keras-keras. Rasa kesalku belum juga hilang. Rasanya aku ingin mencabik-cabik tubuh Tom-tom. “Sebaaaal….!!” Teriakku.

“Andrew, bisa kau kecilkan suaranya. Aku pusing mendengarkan lagu-lagu cengeng yang kau putar!” Ketus Elisa yang tiba-tiba masuk kekamarku.

Ya…memang sih, aku menyukai lagu-lagu pop dan disaat kesal pun aku memang suka memutar lagu-lagu kesukaanku yang selalu dibilang lagu cengeng oleh Elisa. Elisa tipikal cewek tomboy, dan ia adalah penganut gothic.

Malamnya saat aku menceritakan tentang pesta ulang tahun Tom-tom, orang tuaku mendukungku untuk datang ke acaranya begitu pun dengan Elisa yang sangat mendukungku.

“Setidaknya di hari ulang tahunmu tidak membosankan. Kau harus banyak bergaul dengan semua orang seperti aku. Aku kan malu kalau mempunyai adik culun sepertimu.” Ucap Elisa dengan pandangan yang sinis.

Tiga Hari Kemudian.

Pukul tiga sore Becky sahabat baikku datang menjemputku kerumah.. Ia memakai baju ala R ‘n B dengan kalung blink-blinknya. Becky mempunyai rambut kribo , tingginya melebihi aku dan kulitnya gelap. Ia pun berdiri di hadapanku dan bergaya-gaya seperti model, sambil membenarkan tatanan rambutnya.

“Hei men (man), aku kerenkan? Hei, yo…yo…what’s up!” Ucapnya dengan gaya R ‘n B-nya.

Aku pun tertawa melihat tingkahnya yang konyol. Hari ini langit terlihat mendung, sehingga aku semakin malas untuk pergi ke pesta Tom-tom yang mulai jam tujuh malam nanti seperti yang tertera pada kartu undangannya.

”Kenapa kamu tidak siap-siap men? Hari ini kita akan bersenang-senang.” Ucap Becky dengan sibuk merapihkan bajunya dengan bersiul.

”Malas aku datang ke pestanya.”

”Oh...men. Kau ini memang jadul, jaman dulu alias ketinggalan jaman. Sampai kapan kamu terus menjadi anak tolol dan culun? Kalau kamu tidak datang kepestanya berarti kamu itu pengecut. Apa kamu rela, si cantik Cathy direbut oleh Tom-tom? Pikir dong, pikir!”

Aku pun terdiam sejenak. Benar juga ya, perkataannya si hitam Becky. Mulai sekarang aku akan mencoba berubah untuk tidak pengecut lagi. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur lalu segera pergi kekamar mandi. Setelah selesai mandi, aku memakai pakaian yang paling bagus yang aku punya. Lalu aku pun merapikan rambutku dengan memakai jel rambut yang pinjam dari ayahku. Tapi nampaknya cuaca tak mendukung, langit semakin mendung. Dan saat ku lihat jam dinding ternyata baru saja jam empat sore tapi suasananya seperti sudah jam enam sore. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara petir yang menggelegar.

”Hoo...men. Sepertinya akan datang hujan besar. Tidak, tidak tidak...” Ucap Becky sambil menggoyangkan kepalanya.

Akhirnya pukul tujuh pun tiba. Aku dan Becky segera pergi ke rumah Tom-tom yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Sesampainya disana ku lihat banyak sekali teman-teman Totom yang datang. Ada yang diantar dengan menggunakan mobil mewah, ada juga yang sudah bisa membawa mobil atau motor sendiri.

”Ow, yo...yo...yo... Pasti pesta yang sangat menyenangkan. Ayo kita masuk!” Ajak Becky. Lalu ia pun berjalan lebih dulu dengan gaya R ’n B-nya.
Setelah memasuki rumahnya yang besar, aku melihat gadis cantik menatapku dan tersenyum. Ia memakai gaun yang sangat lucu dan juga memakai bando yang serasi dengan warna gaunnya. Cathy, dialah gadis yang kusukai. Tiba-tiba sesosok tubuh gendut menabrakku, lalu ia pun tertawa.

”Hei culun, akhirnya kau datang juga. Memangnya ada cewek yang mau berdansa dengan mu di pesta ini?“ Tanyanya meledek dengan makanan yang memenuhi mulutnya.“Dasar tolol!“ Ucapnya.

Pesta pun berjalan dengan lancar. Aku hanya duduk terdiam disalah satu meja makan dengan ditemani segelas mocacinno. Sementara Becky sibuk mencari dan merayu cewek dan yang membuat hatiku sakit adalah Tom-tom dan Cathy sedang asyik mengobrol berdua disalah satu meja makan yang tidak jauh dari tempat aku duduk. Tom-tom adalah orang kaya sehingga ia mampu membuat pesta yang meriah dan juga mudah mendapatkan cewek.

“Hei, aku punya sesuatu untukmu.” Ucap Hilo yang tiba-tiba datang bersama Bim-bim. Lalu ia pun memperlihatkan sebuah boneka kecil yang berbentuk orang-orangan berwarna hitam dengan ditempeli sebuah nama yang tidak terbaca olehku. “kau tahu ini apa?”

“Boneka.”

“Ya jelaslah ini boneka. Tapi ini bukan sembarang boneka. Kata teman-temanku boneka ini dapat mendatangkan kenikmatan pada kita.”
”Aku tidak percaya.”
”Sudah kau diam saja!”Ketus Bim-bim dengan memukul kepalaku dengan tangannya.
”Pertama-tama kau harus mempunyai boneka seperti ini dan harus berwarna hitam. Lalu kau beri nama dan ditempelkan didadanya, nanti ku beri tahu namanya. Lalu setelah itu kau tumpahi boneka ini dengan darah kodok atau hewan apa pun.” Lalu Bim-bim pun menumpahkan darah kodok yang disimpan disebuah tabung kecil yang dibawanya.

”Setelah itu, kau terus sebut namanya sampai kau merasa merinding. Kalau sudah merinding maka makhluk ghaib itu akan mendatangimu dan mengabulkan semua yang kau mau.” Lalu tiba-tiba Hilo menakut-nakutiku dan ia pun tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresiku yang ketakutan. Ia pun dengan seenaknya membuang boneka itu didekatku lalu mereka pergi sambil tertawa.

Beberapa menit kemudian udara terasa sangat dingin. Dan saat kulihat jam tanganku ternyata menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Aku melihat Tom-tom dan Cathy sedang asyik berdansa. Aku hanya memandangi Cathy dari jauh. Ternyata semakin malam udara semakin dingin, oh...ya aku baru ingat kalau musim dingin sudah dekat. Sedih hatiku melihat Cathy bermesraan dengan Tom-tom, sedangkan aku disini hanya bisa mengkhayal kalau andai saja aku bisa berdansa bersamanya. Entah berapa lama aku terdiam memimpikan hal-hal yaang indah bersamanya walaupun itu tidak akan mungkin terjadi. Aku terus menatap Cathy dengan berkhayal kalau aku dapat berdansa dengannya. Tapi lama kelaman aku merasa mengantuk. Tiba-tiba saja aku merasa bulu kudukku merinding. Terdengar suara musik yang diputar semakin keras sehingga aku tidak bisa mendengarkan percakapan orang-orang yang ada disekitarku. Aku merasa sangat pusing .

Tiba-tiba sesuatu yang tak pernah kuduga terjadi pada diriku. Cathy datang menghampiriku dan tanpa berkata apa-apa ia mengajakku berdansa. Ya...aku menuruti saja apa kemauannya. Aku rasa, cukup lama aku berdansa dengannya. Lalu beberaapa menit kemudian ia mengajakku berjalan pergi kesebuah kamar yang berada dilantai atas.
”Cath, ini kamar siapa?” Tanyaku bingung dengan kelakuan Cathy yang aneh.
Tapi ia menggenggam tanganku erat-erat dan mengajakku masuk kekamar itu. Aku seperti terhipnotis olehnya. Dan lalu ia mendorongku ketempat tidur dan aku pun tersungkur jatuh ketempat tidur itu. Cathy berjalan perlahan-lahan mendekatiku,lalu yang lebih parah lagi tapi menyenangkan, ia menciumiku dengann lembut dan penuh perasaan. Aku seperti terbang diatas angin dan merasa sangat senang sekali. Tapi kesenangan itu berubah begitu cepat, tiba-tiba dengan kasarnya ia mencekik leherku.
”Cath, apa yang kau lakukan!” Teriakku

”Hai nak?” Ucapnya dengan suara yang menyerupai kakek-kakek.
Aku berusaha berteriak sekuat tenaga meminta tolong, memanggil nama Becky tapi sepertinya tidak ada satu orang pun yang mendengarkanku. Suara musiknnya terlalu besar, sehingga suara teriakanku teredam oleh suara musik.

Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Aku sama sekali tidak bisa bernapas. Cekikkan Cathy terlalu kuat, sehingga aku tidak bisa mengelak. Dan samar-samar aku mendengar suara teriakan Becky. Ia memanggil-manggilku, tapi entah dari mana.
Dan, hal yang paling menyeramkan dalam hidupku pun tiba. Tiba-tiba tangan Cathy yang lembut berubah menjadi tangan yang tua dan keriput. Kuku-kukunya pun berubah menjadi panjang-panjang hitam dan runcing.

”Cath, kau kenapa? Siapa kau sebenarnya?!”
Dan....dan tidaaaaaaakk....!!!!! Tangan itu dengan sangat cepat melesat kekepalaku.

”Hahahahaha......selamat tidur nak. Aku Evillusion....akan datang menemui teman-temanmu dan bermain-main dengan ilusi kalian. Tunggu aku....”

STORY BY : PAULINA SAKTIANI A
NIM : 02.C.070811

TUGAS KARAKTER

EVILLUSION
Ia adalah seorang kakek-kakek yang sangat menyukai anak-anak kecil. Ia adalah seorang iblis yang berkedok kakek-kakek. Ia selalu mencari korban yang antara lain korbannya adalah anak-anak kecil dengan memberikan mereka ilusi atau sebuah khayalan kepada anak-anak kecil yang nantinya justru akan mengancam diri mereka sendiri. Ia selalu datang didalam mimpi dan datang pada saat mereka sedang melamun.
Ia senang membunuh anak-anak pada saat mereka sedang asyik-asyiknya berada dibawah alam sadar mereka yaitu dunia ilusi dengan cara memotong leher mereka dengan kuku-kukunya yang panjang, runcing serta berwarna hitam. Lalu ia pun memotong sebelah telinga mereka dan mengambil sebelah mata mereka. Evillusion, demikianlah panggilannya ia senang sekali kepada anak kecil yang sedang menangis. Maka bila ia mendengar suara anak kecil menangis dan suaranya ini sampai terdengar ketelinganya, ia tak segan-segan menghampiri anak itu. Ia tidak terlalu suka kepada bayi, ia lebih suka terhadap anak-anak diatas umur satu tahun sampai umur tujuhbelas tahun. Karena ia senang melihat ekspresi wajah anak-anak saat mereka ketakutan.
Iaa pun suka terhadap anak yang susah tidur. Biasanya anak-anak yang susah tidur mereka akan mengkhayal sesuatu yang mereka sukai agar mereka bisa tertidur, nah saat mereka sedang berkhayal itulah ia akan datang memberikan ilusi yang seakan-akan yang mereka bayangkan itu nyata. Ia selalu datang pada saat musim dingin tiba.
Perawakannya, tubuhnya kurus dan bongkok sehingga ia harus berjalan dengan menggunakan tongkat kesayangannya yang ia beri nama ‘Black Cerberrus”. Ia memakai pakaian formal berwarna hitam dengan rambut putihnya yang panjang hingga menutupi wajahnya. Kuku-kukunya panjang, runcing dan berwarna hitam. Ia sudah hidup ratusan tahun dan sampai saat ini belum ada orang yang bisa melenyapkannya. Dan tidak satu orang pun yang tahu mengenai latar belakang kehidupannya saat ia masih hidup didunia. Tapi semakin ia banyak membunuh anak-anak kecil ia semakin bertambah kuat dan tubuhnya semakin persis seperti manusia biasa.

Jumat, 27 Februari 2009

CINTA ALBINO

Sejak kecil aku merasa diasingkan oleh teman-temanku. Mereka tidak mau berteman denganku, berjalan bersamaku dan yang lebih menyakitkan lagi saat wanita yang aku cintai dan aku sayangi menghinaku habis-habisan dan enggan berpacaran denganku. Aku masih ingat hingga saat ini kata-kata pedasnya yang sangat menyakitkan
“Pergi kau! Pergi dan jauhi diriku setan putih! Dasar kau setan salju!” Teriak wanita itu.
Memang kejadian itu sudah lama, saat aku berada di kelas satu SMP. Dan sekarang aku sudah berkuliah disalah satu perguruan tinggi di Bandung. Dan keadaan pun sama saja seperti saat aku berada dibangku sekolahan . Jarang sekali orang-orang yang mau berteman denganku.
Aku bukanlah lelaki kuat yang dapat melindungi wanita yang kucinta dan kusayangi dari kejamnya dunia ini. Aku bukan lelaki romantis yang dapat membawakan bunga-bunga indah berwarna-warni untuk menghiasi hati wanita yang aku cintai agar terlihat lebih cantik, indah dan menakjubkan. Aku bukanlah lelaki hebat yang dapat membawakan berjuta-juta keinginan yang diharapkan kekasihku. Aku rasa, aku bukanlah apa-apa. Tapi aku adalah seorang lelaki yang mempunyai perasaan cinta, sayang, ingin disayangi, dicintai dan juga dihargai.
Kulitku putih, hampir sama dengan warna salju dan kadang teman-temanku suka mengatakan, “Aldi, kulitmu putih dicat ya? Kau mau menyaingi putihnya tembok rumahmu?” lalu mereka pun tertawa. Bukan hanya kulitku saja yang putih, tapi rambutku, alis mata beserta bulu mataku, kumisku, dan bulu-bulu ditangan dan kakiku terlihat agak berwarna kuning dan begitu pun bulu-bulu yang lainnya. Pastilah bukan berwarna hitam. Itulah yang membedakanku diantara yang lainnya.
Pernah saat aku jalan-jalan sendirian di sebuah pusat perbelanjaan. Ada seorang ibu-ibu bersama anaknya yang masih kecil sekitar empat tahunan bertanya kepadaku dengan memakai bahasa inggris. Ibu itu sepertinya keturunan orang cina, matanya sipit, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam lurus pendek, dan tinggi semampai. Ibu itu menanyakan sebuah jalan kepada saya, dan sesudah saya beritahu dan menjelaskan kepadanya mengenai jalan yang ditanyakannya, ia betanya kembali kepada saya
“Anda orang mana? Dari Negara mana?” Tanyanya.
Mungkin dia pikir, saya ini orang bule. Mentang-mentang kulit saya putih. Ya sudah saja, saya langsung menjelaskan kepadanya bahwa saya adalah orang Indonesia asli dan bahwa saya adalah seorang albino, sehingga kulit saya putih seperti halnya orang-orang bule. Ya…begitulah kehidupanku, saat aku berjalan sendirian banyak orang-orang yang memandangiku dan menatapku dengan berbagai macam ekspresi. Sampai-sampai ada seorang gadis remaja memakai seragam SMA, ia terus menatapku sampai akhirnya ia menabrak kaca salah satu toko. Ya…mungkin aku sangat menarik baginya.
Aku pikir, aku tidak akan menemukan seorang wanita yang dapat mencintaiku sepenuh hatinya. Akan tetapi, suatu hari saat aku sedang duduk sendirian di taman yang berada dikampusku, tiba-tiba datang seorang wanita menghampiriku. Ia mengajakku berkenalan dan lalu ia pun berbincang-bincang denganku. Ia sangat cerewet dan banyak sekali topik yang dibahasnya bersamaku dan sempat ia pun bertanya kepadaku mengenai penyakit albino. Dia adalah wanita yang baik, ramah, cerewet, dewasa dan pengertian. Ia selalu mendengarkan dengan baik apa yang aku jelaskan padanya tentang penyakitku atau pun saat aku menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Tingginya sekitar 155 cm, kulitnya sawo matang,rambutnya hitam panjang dan sedikit bergelombang. Intinya ia sangat manis sekali. Akan tetapi sayangnya, ia berbeda jurusan denganku. Ia mengambil jurusan bahasa Perancis, sedangkan aku mengambil kedokteran walau pun aku tidak tahu apakah aku bisa menjalaninya atau tidak. Karena jujur, aku lebih berminat pada kesenian khususnya pada seni lukis, tapi orang tuaku memintaku untuk masuk kedokteran. Yang aku takutkan bila aku menjadi seorang dokter, aku takut pasien yang aku tangani tidak sembuh-sembuh karena dokternya adalah seorang hantu putih yang bisa mengobati. Apalagi bila pasiennya seorang anak kecil, pasti ia berteriak-teriak saat melihatku.
Tidak terasa sudah satu bulan aku berteman dengannya. Parisa, begitulah namanya. Jujur aku merasa sangat tenang, nyaman dan bahagia saat berada didekatnya. Tapi aku juga merasa sangat takut. Takut saat dimana aku mulai mencintainya dan ingin memilikinya, tapi ternyata aku tidak bisa hidup bersamanya. Setiap malam, aku selalu merenungkan perasaanku ini terhadapnya. Tapi apa dayaku, aku bukanlah lelaki yng diidamkannya, dan aku tidak pantas menjadi seseorang yang spesial dihatinya.
Aku selalu menyempatkan waktuku untuk bertemu dengannya dan menghabiskan waktuku bersamanya. Sampai saat ini, Parisa pun masih menyendiri. Ia baru saja putus dengan kekasihnya beberapa bulan yang lalu. Ia adalah wanita yang periang, betapa pun banyaknya masalah yang sedang dihadapinya ia masih mencoba untuk tersenyum. Dan itulah yang sangat kusukai darinya. Karena dia, aku lebih bersemangat dalam menjalani hidupku.
Tiga bulan sudah aku berhubungan dengannya sebagai teman. Aku semakin tidak bisa menahan rasa cintaku ini padanya yang sudah membakar tubuhku ini sampai ke akar-akarnya. Perhatian yang selama ini ia berikan padaku, semakin menguatkanku kalau ia sedikitnya mempunyai perasaan terhadapku.
Saat minggu tiba, aku mengajak Parisa untuk mengunjungi rumahku. Sesampainya dirumahku, aku memperkenalkannya pada orang tuaku. Aku senang sekali karena kedua orang tuaku menerima Parisa dengan hangat, walau pun aku tahu dihati mereka tersimpan rasa takut kecewa yang mendalam pada Parisa. Setelah itu, aku mengajaknya melihat ruangan pribadiku. Ruangan yang dimana sebagai tempat untuk menenangkan pikiranku dan tempatku untuk menuangkan segala isi pikiran dan hatiku menjadi sebuah lukisan.
“Aldi, aku tak menyangka ternyata kau pintar sekali melukis.” Puji Parisa. Lalu ia pun melihat-lihat semua hasil lukisan Aldi yang dipajang diruangan tesebut.
“Aldi, wanita yang kau lukis ini siapa?” Tanya Parisa yang tertarik terhadap salah satu lukisan Aldi. Dilihatnya lukisan seorang wanita setengah badan. Rambutnya hitam panjang dikucir dua dengan memakai pita berwarna pink sedang tersenyum. “Ini adikmu?” Tanyanya lagi
“Bukan, itu….” Aldi terdiam tak mampu meneruskan kata-katanya
“Siapa?” Desak Parisa
“Dia cinta pertamaku. Tapi sayangnya cintaku bertepuk sebelah tangan. Ia sangat baik kepada semua orang tapi tidak kepadaku. Mungkin baginya diriku ini sangat menakutkan. Aku suka sekali terhadap senyuman dan tawanya. Ia terlihat sangat cantik dan manis sekali.” Jelas Aldi
Setengah jam kemudian, aku mengajak Parisa melihat-lihat kebun yang berada dibelakang rumahku. Dan kami berdua pun melanjutkan pembicaraan kami disana.
Jantungku berdegup sangat kencang dan keringat dingin pun mulai bermunculan. Aku tidak tahu harus memulainya dari mana untuk menyatakan perasaanku ini padanya. Tapi aku tidak mau untuk terus menjadi lelaki pengecut. Aku harus menyatakan perasaanku ini padanya, walau pun jawabannya menyakitkan.
“Paris, apakah ada wanita yang akan mencintaiku sepenuh hatinya?”
“Pasti akan ada. Memangnya kenapa?”
Aldi pun terdiam sejenak. “A…aku takut. Aku takut bila tak ada wanita yang menyukaiku apa adanya. Kamu tahu, banyak wanita yang berteriak saat aku berada dekat dengannya. Ya…mungkin aku sangat menyeramkan.”
Tiba-tiba Parisa tertawa. “Menyeramkan? Bagiku kau sangat lucu. Jarang ada orang sepertimu. Kulitmu putih seperti putri salju, atau mungkin kau adalah pangeran saljunya?” Ucap Parisa lalu tertawa lagi. “Aldi, apa yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Maka dari itu kau tak boleh berhenti berharap dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kau mau.”
“Iya. Kalau hal yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin, berarti…menurutmu mungkin tidak kalau aku menyukaimu?”
Parisa pun terdiam sejenak karena terkejut mendengar perkataan Aldi. “Maksudmu?”
“Aku ingin kau menjadi kekasihku dan apabila mungkin, aku ingin kau menjadi pertama dan terakhir untukku.”
Suasana pun menjadi hening. Mereka berdua saling bertatapan. Dan tiba-tiba Parisa pun tertawa terbahak-bahak
“Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?” Tanya Aldi dengan perasaan kecewa atas perilaku Parisa yang menertawakan dirinya.
“Maaf, ekspresimu sangat lucu.”Jawabnya. “Aku tidak menyangka kalau kau akan mengatakn suka kepadaku.”Ucapnya
“Ya…tidak usah dijawab sekarang, kau punya waktu untuk memikirkannya.” Jelas Aldi
Saat mereka kembali kedalam rumah dan melewati ruangan pribadi Aldi, tiba-tiba Parisa menghentikan langkahnya.
“Ada apa?”Tanya Aldi
“Kenapa kau bisa menyukaiku?”
“Kenapa? Karena darimulah aku mendapatkan suatu pelajaran yang sangat penting. Sifat periangmu dan keceriaanmu diatas masalah-masalahmu yang membuatmu tetap semangat menghadapi segala masalahmu. Itulah yang membuatku jatuh cinta kepadamu. Dan kau, kau kini tak lain adalah nyawaku. Aku kembali bersemangat dalam menjalani hidupku yang hampa, tak lain karenamu.”
“Terimakasih. Kalau begitu, aku ingin kau melukis diriku sebagus mungkin, lebih bagus dari cinta pertamamu.” Ucap Parisa dengan tegas.
“Baiklah, sekarang kau harus menjadi modelku dan akan kulukis sekarang.”
“Aku tidak mau menjadi modelmu. Aku ingin berada didalam ingatanmu dan lalu kau lukis, dan besok harus sudah selesai. Temui aku besok pukul empat sore di taman kampus.”
Keesokannya, aku membawa hasil karyaku ini yang aku buat semalaman tanpa tidur. Pukul empat sore aku menemui Parisa ditaman kampus.
Hari ini keadaan kampus sangat sepi, sehingga hanya ada beberapa orang yang berada ditaman kampus termasuk Parisa dan aku.
“Selamat sore tuan putri, ini lukisannya sudah selesai dan….jangan lupa bayarannya.”Ucapku lalu memberikan senyuman terindahku padanya
Parisa pun membuka perlahan-lahan bungkusan lukisannya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat lukisan tersebut. Dilihatnya lukisan tersebut bergambar dirinya yang sedang duduk ditaman itu dengan tersenyum serta rambut indahnya yang tergerai ditiup angin, sungguh membuat Parisa terlihat sangat cantik
“Terimakasih atas lukisannya. Lalu bayarannya adalah….kau harus menjagaku, menyayangiku dan mencintaiku dengan sepenuh hatimu, sebagaimana aku mencintaimu apa adanya.”
Aldi tercengang atas ucapan Parisa tersebut. “Maksudku, aku sangat bersedia untuk menjadi kekasihmu.” Ucap Parisa kembali
“Benarkah itu? Ya Tuhan, terimakasih…..” Ucap Aldi dengan bahagia.

Aku dan Parisa menjalani hubungan dengan penuh rasa kasih sayang. Walau pun bila ada masalah diantara kita berdua, kita selalu berhasil menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Banyak sekali kenangan-kenangan indah bersamanya. Bagiku kebersamaan yang aku lewati dengannya adalah suatu hal yang sangat istimewa dan tak akan pernah aku lupakan. Dan aku sangat bahagia bisa memilikinya.
Akhirnya satu tahun sudah aku berhubungan dengannya. Parisa pun memberanikan dirinya untuk mengenalkanku pada orang tuanya.
Tentu aku merasa gugup dan takut. Aku takut sekali, kalau-kalau orang tuanya tidak mau nmenerimaku dan merestui hubungan kami berdua. Benar-benar persiapan mentalku harus sangat matang, aku sudah bisa menebak bahwa orang tuanya pasti tidak menyetujui anaknya untuk menikah denganku.
Dan ternyata benar dugaanku. Saat aku datang kerumahnya, singkatnya saat Parisa memperkenalkanku bahwa aku adalah kekasihnya, mamahnya sangat terkejut dan langsung melontarkan kata-kata pedas kepadaku.
“Aku tidak akan menyetujui anakku berhubungan dengan laki-laki yang mengidap penyakit albino. Bagaimana nanti dengan keturunannya? Pasti akan persis seperti ayahnya. Tidak! Saya tidak menyetujui anak saya untuk menikah dengan kamu!” Ucap mamahnya Parisa sangat marah sekali. Begitu pula dengan ayahnya, ia tidak merestui hubungan kami berdua.
Perkataan ibunya sangat menyakitkan dan memukulku. Seharusnya aku tidak usah bersedih, karena ini adalah resiko yang harus aku terima. Aku pun menceritakan hal ini pada orang tuaku. Dan ibuku berpendapat bahwa aku tidak usah meneruskan hubunganku dengan Parisa lagi, karena akan menyakiti kedua belah pihak.
Tak pernah terpikirkan olehku bahwa masalah yang aku hadapi akan seberat ini. Keesokannya, kami berdua bertemu dan Parisa menangis dihadapanku bahwa ia tetap ingin menikah denganku. Lalu aku mencoba sekali lagi untuk berbicara baik-baik dengan orang tuanya, tapi ternyata tetap tidak berhasil. Ayahnya menamparku dan memintaku untuk menjauhi Parisa.
Apa aku salah bila aku mencintainya? Apa aku salah karena yang mencintainya ini adalah seorang albino?
Seminggu sudah berlalu. Aku hampir terkena penyakit typus karena telat makan dan jarang tidur. Bagaimana aku bisa makan dengan lahap dan tidur dengan nyenyak, sementara kekasihku sama sekali tidak memberiku kabar. Dikampus pun aku tidak bertemu dengannya. Malah aku dengar dari sahabatnya bahwa Parisa sudah pindah kampus. Ia sudah tidak berkuliah lagi di kampus ini. Sungguh pikiranku tidak bisa tenang. Handphonenya pun tidak pernah aktif. Apa gerangan yang terjadi padanya?
Tak lelah ku berdoa, memohon dan berharap agar Parisa baik-baik saja. Setiap hari, aku dihadapkan pada kegelisahan yang entah sampai kapan akan berhenti merasakannya. Ketakutan akan sesuatu yang menimpa dirinya.
Suatu hari, tak kuduga Parisa mengirim email kepadaku. Singkatnya, isinya adalah bahwa ia akan dipindahkan keluar kota untuk meneruskan kuliahnya disana. Dan orang tuanya tidak mengjinkannya memegang HP atau pun alat komunikasi lainnya, dan juga tidak ada lagi internet dirumahnya untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Dan mungkin ini adalah terakhir kalinya ia menghubungiku. Sungguh tak kuduga orang tuanya sangat kejam sekali.
Aku pun meminta tolong kepada ayahku untuk membantuku. Ayahku mencoba menelepon orangtua Parisa untuk berbicara baik-baik dengan mereka. Tapi tetap saja tidak berhasil. Orang tua Parisa tetap tidak akan menyetujui hubunganku dengan anaknya. Orang tuaku tentu sangat kecewa dengan sikap kasar yang diberikan mereka terhadap kami. Ya…ibuku hanya bisa memberiku semangat dan mencoba untuk terus bersabar karena apa yang aku bisa sudah kulakukan, dan hasilnya adalah nol besar. Aku hanya bisa terdiam di ruang pribadiku dengan menatap lukisan kekasihku yang menyedihkan.
Aku tidak boleh egois, memaksakan diriku menemui orang tuanya lagi untuk meminta restu. Apabila aku melakukan hal tersebut tentu Parisalah yang akan lebih menderita. Ya…mungkin aku dan dia memang tidak dapat bersatu.
Sebulan kemudian aku dirawat dirumah sakit karena penyakit typusku bertambah parah. Aku tidak peduli dengan kondisiku sekarang, yang aku pedulikan hanyalah Parisa. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah bertambah baik atau buruk?
Tak pernah kuduga sebelumnya. Saat malam tiba, tepatnya pukul sepuluh malam, dan dibawah hujan deras, seorang wanita yang begitu kukenal masuk kekamarku dengan tergesa-gesa. Dengan menangis, wanita itu langsung memelukku dan menciumiku. Parisa, ia datang menemuiku. Ia menceritakan semua masalah yang dihadapinya.
“Bagaimana kau bisa kesini?”
“Aku minta ijin kemamahku untuk pergi ke supermarket. Lalu mamahku mengantarku ke supermarket didekat rumah, dan sesampainya disana aku melarikan diri untuk menemuimu. Sahabatku yang memberitahuku bahwa kau dirawat dirumah sakit ini.” Jelasnya
Kami berdua pun membicarakan semua masalah yang kami hadapi masing-masing, dan kami pun membicarakan bagaimana jalan keluar yang terbaik. Parisa tak henti-hentinya mengeluarkan airmata dan ia tetap tidak ingin berpisah dariku. Aku sangat bahagia sekali, karena ada seorang wanita yang begitu sangat mencintaiku. Aku bisa lihat dari sinar matanya, bahwa begitu besar cintanya untukku.Ya…hanya untukku.
“Paris, sedetik bersamamu adalah hal terbesar dan terpenting bagiku. Cinta dan sayangmu yang setulus hati kau berikan untukku adalah suatu hal dan anugrah terindah dari Tuhan untukku. Aku pun sama sepertimu, tidak bisa jauh darimu apalagi berpisah denganmu, aku tidak bisa dan membayangkannya pun aku tidak mau. Tapi aku merasa sedih, kecewa, sakit hati, apabila melihat, mendengar wanita yang begitu kucintai tercabik-cabik hatinya karena aku. Aku….”
“Aldi, aku mohon bawa aku pergi dari sini. Bawa aku kemana pun kamu mau. Aku hanya ingin menikah dan hidup bersamamu bukan dengan laki-laki lain.”
“Aku mengerti Paris. Tapi….aku tidak bisa melakukan hal tersebut. Aku pikir, aku tidak bisa berbuat egois untuk terus memperjuangkan cintaku. Sementara hidup kekasihku diambang kehancuran. Kau selamanya akan merasa tertekan, terpojok, walau pun kau hidup bersamaku. Paris, aku rela bila tak harus hidup bersamamu, karena ini adalah jalan yang terbaik bagi kita. Tapi harus kau ingat seumur hidupmu, bahwa aku akan terus akan mencintaimu seumur hidupku, dan tak akan ada satu wanita pun yang bisa menggantikanmu dihatiku.”
“Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu Aldi, aku tidak bisa!” Lalu Parisa pun menangis dengan menggenggam erat tangan Aldi
“Paris, memang hubungan kita tidak direstui. Tapi cintaku padamu akan kekal untuk selamanya. Kau tidak bisa melawan seribu orang hanya untuk mempertahankan satu orang, kau pasti akan kalah.”
“Tapi mengapa cinta kita tidak bisa bersatu? Mengapa?!”
Aldi pun lalu mengusap-ngusap kepala kekasihnya, dan menatap wajahnya yang basah karena air matanya. Dilihatnya pipi kiri Parisa lebam, seperti bekas pukulan.
“Pipimu kenapa?”
Parisa terdiam sejenak. “Pa…pah memukulku, karena aku terus memohon kepadanya untuk bertemu denganmu.”
“Paris, maafkan aku karena telah membuatmu tersiksa. Seperti yang pernah kau katakan, apa yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Mungkin sekarang kita tidak bisa bersama, tapi siapa sangka beberapa tahun kemudian kita akan kembali bersama. Kau harus mencoba untuk menerima semua ini dengan ikhlas. Mungkin memang lebih baik kau tidak bersamaku. Kau harus tegar dan terus bersemangat, dan kau harus belajar untuk bisa jauh dariku. Pergilah keorangtuamu, kau akan jauh lebih bahagia tinggal bersama mereka dari pada denganku. Aku ikhlas dan rela untuk melepaskanmu demi kebahagiaanmu.
Bukan berarti aku tidak cinta dan sayang padamu, tapi ini adalah jalan terbaik untuk kita berdua. Jangan melakukan hal yang bodoh. Bila kau melakukan bunuh diri, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Dan ingat, cintaku hanya untukmu dan tidak akan pernah kurang sedikit pun.”
Parisa pun menangis tersedu-sedu dipelukan kekasihnya. Mereka berdua melewati malam yang begitu menyedihkan dibawah derasnya hujan, dan malam itu adalah malam terakhir bagi mereka berdua.

Tiga minggu kemudian.
Kondisiku sudah stabil tapi perasaanku sama sekali tidak. Pukul sepuluh pagi, seseorang mengantarkan sebuah surat kepadaku, dan betapa hancurnya perasaanku saat ku melihat bahwa surat itu adalah surat undangan pernikahan. Dalam waktu dekat ini, Parisa akan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Aku yakin, Parisa tidak akan mencintai laki-laki lain selain diriku.
Tak lama kemudian, waktu pernikahan pun tiba. Aku sudah menetapkan hatiku untuk tidak datang ke acara pernikahannya. Hari ini adalah hari kehancuran bagiku. Bagiku tak ada matahari yang dapat menyinari hatiku pada siang hari, dan tak ada lagi bulan yang dapat menyinari hatiku pada malam hari dengan senyumannya. Sang dewi telah pergi meninggalkanku dan takkan pernah kembali kepelukkanku untuk selamanya.
Satu bulan kemudian aku keluar dari jurusan kedokteran. Lalu aku mengambil jurusan psikologi, karena aku merasa nyaman berada dijurusan tersebut, karena tak lain aku tak mau melihat wajah menderita saat mereka berharap besar bahwa aku bisa menyembuhkan mereka. Aku lebih senang memberikan semangat kepada orang-orang, khususnya mereka yang sepertiku.
Lima tahun kemudian
Sudah lama sekali aku tidak mendengar kabar Parisa. Entah bagaimana keadaannya sekarang, dan aku pun tidak tahu ia sekarang berada dimana. Kini aku telah menjadi orang yang sukses. Aku berhasil menjadi seorang psikolog seperti yang aku harapkan, dan aku pun kini menjadi seorang pelukis yang terkenal. Bukan hanya terkenal dinegaraku saja, karya lukisanku sudah menembus pasar internasional dengan mendapatkan banyak penghargaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Apabila Parisa mengetahui hal ini pasti ia sangat senang sekali.
Tiba-tiba suatu hari datang kerumahku seorang wanita yang pernah ku kenal. Ia adalah sahabat baik Parisa. Ia menemuiku dengan wajah yang tidak bahagia. Setelah kita saling menyapa, ia memintaku untuk mendengarkan baik-baik mengenai apa yang akan ia katakan padaku. Perasaanku yang telah hancur kini bertambah hancur. Sang dewi yang begitu kupuja kini benar-benar telah meninggalkanku. Tak terasa, air mataku mengalir begitu cepat. Ia menyampaikan bahwa Parisa telah meninggal dunia saat melahirkan anak pertamanya dua bulan yang lalu.
“Aldi, aku telah mencoba menghubungimu berkali-kali tapi sepertinya kau sangat sibuk sekali dengan pekerjaanmu sehingga sangat sulit bagiku untuk menghubungimu.” Jelas wanita tersebut
Selesai berberbicara, wanita itu memberiku sebuah foto. Foto jenazah Parisa sebelum dimakamkan. Tak ada kata-kata yang bisa kukeluarkan dari mulutku. Ku hanya memandangi foto kekasihku yang malang yang telah berada disurga. Mulai hari ini dan seterusnya kegelapan akan menyelimuti kehidupanku. Harapanku, cinta dan sayangku telah musnah. Karena sang dewi yang selalu memberiku semangat telah tiada. Dan kini aku hanya bisa merasakan kehadirannya disaat aku melukis dirinya. Ya….aku akan menghabiskan seumur hidupku hanya untuk melukis. Hanya melukis…..

Aldi Elger menghabiskan seluruh waktunya hanya dengan melukis. Melukis kekasihnya yang telah lebih dulu meninggalkannya.